Kunjungan Kedubes Jepang

Pada tanggal 06 Februari 2009 seorang perwakilan kedubes Jepang mengunjungi pondok pesantren Fathan Mubina. Atsushi Sano yang baru tujuh bulan bertugas di Indonesia mengaku sangat senang berada di pondok pesantren, meskipun terbilang baru sebentar berada di Indonesia, Sano San mampu berbicara Bahasa Indonesia, walaupun sekali-kali perkataannya diselingi bahasa Inggris. “Ssaya harus bisa berbahasa Indonesia, karena istri saya orang Indonesia, orang Bogor,” ujarnya.

Sano San yang sedang meneliti dan mengamati pondok pesantren di Indonesia ini berkesempatan mengadakan dialog dengan para santri sebelum ia kembali. Pimpinan pondok al-Ustadz H. Chairuman Kamal, MA. memberikan ucapan selamat datang kepada Atsushi Sano, beliau pun sedikit mengulas tentang Jepang. “Banyak hal yang harus kita pelajari dan kita tiru dari masyarakat Jepang, kita harus meniru budaya disiplin waktu, membaca buku, pendidikan dan teknologi. Pada saat Hiroshima dan Nagasaki dibom, Kaisar Jepang hanya menanyakan berapa banyak guru yang gugur, bukan mananyakan berapa banyak kerugian materil,” paparnya jelas.

Selepas sambutan dari Bapak pimpinan, Atsushi Sano banyak bercerita tentang keadaan Jepang dulu dan kini. Salah seorang santri bertanya tentang pendidikan di Jepang, termasuk pula tentang kedisiplinan, penghargaan terhadap waktu dan lain sebagainya. Sano San pun spontan menjawab bahwa kedisiplinan dan penghargaan waktu di Jepang terbentuk salah satunya karena iklim masyarakat di sana yang saling mengawasi waktu, “Jika ada salah seorang anak tetangga bermain di rumah temannya sementara waktu bermain sudah selesai, maka orang tua temannya akan menegur anak tetangga itu untuk kembali ke rumah orang tuanya,” ujarnya. Tetapi kedisiplin orang Jepang tetap ada kelemahannya. “Orang Jepang itu tidak religius. Mereka tidak begitu memperhatikan masalah agama. Dan orang Jepang saya kira tidak begitu menikmati hidupnya, karena mereka sangat ketat di dalam masalah waktu, tidak seperti saya sekarang di Indonesia, saya bisa lebih menikmati hidup, bisa lebih santai,” jawabnya singkat.

Di akhir dialog, Sano San menginformasikan tentang beasiswa pendidikan dari kementrian Jepang. Ia pun memberikan pesan kepada para santri bahwa ada tiga hal yang harus dijaga di dalam hidup, ilmu, jiwa dan kesehatan, semuanya harus seimbang, karena tanpa tiga hal itu manusia tidak akan maju.

* Info terkait dari antaranews

Tinggalkan komentar

Pondok Pesantren Fathan Mubina

Pondok Pesantren Fathan Mubina