Kojiro Shiojiri Kepala Dubes Jepang Mengunjungi Pondok Pesantren

Hari Rabu tanggal 29 Juli 2009 Kepala kedubes Jepang bersama rombongan mengunjungi Pondok Pesantren Fathan Mubina. Acara dibagi menjadi sesi, acara pertama di pagi hari adalah acara utama berupa stadium general dari Ambassador Koijio Shiojiri. Beliau mengatakan ketertarikannya terhadap budaya Indonesia dan dunia pesantren. Pria yang berusia 60 tahun ini menanyakan kepada seluruh santri yang hadir di daar al-munasabat (baca: aula, meeting hall) perihal cita-cita mereka, hal apa yang penting di dalam hidup serta apa yang membuat para santri bangga dengan pondok ini. Para santri pun menjawab dengan jawaban yang beragam dan sesekali membuat Shiojiri terkagum-kagum saat mendengar jawaban dari salah seorang santri bahwa hal penting dalam hidup ini adalah kesopanan dan kerja keras.

Acara kuliah umum ditutup dengan dialog interaktif antara kepala kedubes Jepang dan para santri. Para santri menanyakan berbagai macam pertanyaan yang dijawab langsung oleh Ambassador Shiojiri. Di antara pertanyaan yang disodorkan para santri adalah pertanyaan mengenai tradisi yang dihargai di Jepang, sejarah jepang, harakiri, dan termasuk pertanyaan mengapa dahulu Jepang menjajah Indonesia. Melalui medium seorang penerjemah kedutaan, Ms. Samba, pertanyaan demi pertanyaan dijawab sudah dan diakhiri dengan tepuk tangan riuh dari para santri. Acara pada pagi hari ini ditutup dengan pemberian souvenir dari pihak pondok pesantren kepada Ambassador Shiojiri yaitu berupa dua buah lukisan dan kaligrafi yang menggambarkan masjid pondok pesantren yang bersebelahan dengan kuil emas di Jepang, demikian pula Ambassador Shiojiri memberikan souvenir kepada seluruh santri berupa buku tulis yang bertuliskan persahabatan Jepang Indonesia, plastic file, dan majalah.

Setelah melaksanakan shalat dzuhur dan makan siang, tepat pukul 13.30 para santri kembali ke aula untuk menyaksikan perkenalan budaya Jepang. Ms. Riri dan Ms. Dewi, dua orang utusan kedubes Jepang yang menangani acara perkenalan budaya ini pertama kali memutarkan film profile Jepang secara umum dan kemudian dilanjutkan dengan perkenalan pakaian yang digunakan orang Jepang pada musim dingin dan musim panas, beberapa orang santri putra dan santri putri dipakaikan pakaian khas Jepang tersebut untuk kemudian diperlihatkan kepada seluruh santri. Dari rangkaian perkenalan budaya Jepang tersebut, barangkali yang paling membuat semua santri dan para guru yang hadir di aula terdiam berkonsentrasi adalah pada saat pembuatan origami (seni melipat kertas Jepang). Semua yang hadir di aula diberikan dua lembar kertas berwarna dan diberikan dua lembar foto copy cara melipat kertas. Semua yang hadir diminta untuk mengikuti langkah demi langkah melipat kertas yang dipertunjukkan oleh Ms. Dewi untuk membuat tempat tissu dari kertas.

Acara perkenalan budaya Jepang ini ditutup pada pukul 15.00. H. Chairuman Kamal, MA, selaku pimpinan pondok pesantren Fathan Mubina menyatakan, “Islam mengajarkan ummatnya untuk lita’aarafuu (saling kenal-mengenal) dengan siapa pun, termasuk silaturrahmi kedubes Jepang ini adalah bentuk dari lita’aarafuu tersebut, dan mudah-mudahan ini adalah awal yang baik bagi hubungan Jepang dan pondok pesantren.”. (.red)

Tinggalkan komentar

Pondok Pesantren Fathan Mubina

Pondok Pesantren Fathan Mubina